Kamis, 18 Oktober 2012

Bisnis Sewa Kantor RI Kalahkan Negara Besar Asia

Gedung perkantoran dan ampartemen di Jakarta (VIVAnews/Adri Irianto)

Harga sewa perkantoran di Jakarta naik dua kali lipat dalam 4 tahun.

VIVAnews - Mengikuti booming investasi yang terjadi di Indonesia, sektor properti tampaknya bakal menjadi incaran para pemodal dari dalam dan luar negeri.


Bagaimana tidak? usai krisis ekonomi yang melanda dunia pada 2008 lalu, pertumbuhan properti Indonesia justru menguat tertinggi dibandingkan kawasan lain di Asia Pasifik.

Laporan terbaru dari konsultan properti internasional, Jones Lang LaSalle, menyebutkan tarif sewa perkantoran di kawasan Jakarta tumbuh hampir dua kali lipat atau sekitar 95 persen dibandingkan posisi terakhir pada 2008 lalu.

Dibandingkan negara tetangganya di kawasan Asia, pertumbuhan tarif sewa properti ini sungguh jauh melonjak. Bahkan dengan pesaing terdekatnya, Beijing, tarif sewa salah satu kota besar China ini hanya mampu tumbuh 53 persen.

Pertumbuhan Indonesia akan semakin terlihat lebih tinggi jika dibandingkan kota-kota besar Asia Pasifik lain. Kota besar seperti Hong Kong, Singapura, Mumbai, Sydney, dan Bangkok tercatat mengalami kenaikan harga sewa antara 20-40 persen.

"Kecuali Tokyo yang hanya naik 1 persen sejak tahun 2008. Sisanya masih baik, di angka 20-40 persen," ujar Head of Research Jones Lang LaSalle, Anton Sitorus dalam keterangan pers Perkembangan Properti Kuartal III-2012, di Jakarta, Rabu, 19 Oktober 2012.

Kepada VIVAnews, Anton menjelaskan, pertumbuhan tertinggi bisnis perkantoran di kawasan Asia Pasifik makin ditunjang dengan tarif sewa yang justru tergolong paling murah.

Enam bulan lalu, ungkap Country Head Jones Lang LaSalle, Todd Lauchlan, Jakarta masih berada di urutan terbawah untuk harga sewa kantor di kawasan bisnis. "Tapi, saat ini Jakarta termurah kedua setelah Manila," katanya.

Anton menganggap pertumbuhan yang tinggi namun dengan tarif murah merupakan sinyal baik bagi para pemilik properti. Kondisi ini menandakan, harga sewa kantor di kawasan metropolitan Jakarta masih bisa naik lebih tinggi lagi.

"Kebanyakan yang tahu adalah lembaga konsultan seperti kami," paparnya.

Lang LaSalle mencatat, tarif sewa perkantoran di Kawasan Pusat Bisnis (Central Business District/CBD) selama kuartal III-2012 telah naik 7,8 persen. Dengan demikian, tarif sewa kantor di CBD Jakarta hingga periode itu telah meningkat 25,3 persen.

Sementara itu, untuk kawasan kantor non CBD koridor TB Simatupang, kenaikan harga sewa paling tinggi sebesar 23 persen. "Angka ini hampir menyamai kenaikan yang terjadi di CBD," ujar Anton.

Properti Menjanjikan

Booming bisnis properti di tanah air sebetulnya sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Laporan Survei Bank Indonesia mencatat bahwa sepanjang kuartal II-2012, jumlah pasokan untuk gedung perkantoran sewa meningkat sebanyak 296.364 meter persegi (m2).

Peningkatan juga terjadi pada jumlah pasokan ruang perkantoran jual seluas 166.300 m2.

Bertambahnya pasokan perkantoran jual tersebut, disertai dengan kenaikan harga yang umumnya rata-rata naik sebesar 7,43 persen (quartal to quartal/qtq) sehingga menurunkan tingkat penjualan dari 98,37 menjadi 94,88 persen.

Jumlah pasokan gedung perkantoran (sewa-jual) di Jakarta didominasi oleh gedung dengan kualifikasi grade B, sebesar 67,02 persen. Hal itu diikuti dengan grade A sebesar 21,84 dan terkecil dengan grade D hanya sebesar 0,28 persen.

Booming properti sebetulnya tak hanya meledak di sektor perkantoran. Pertumbuhan juga dinikmati pengembang di sektor perumahan, bahkan rumah mewah sekalipun.

Riset Knight Frank Prime Golbal Cities Index pada akhir 2011 lalu menunjukkan, harga properti mewah di 23 kota di dunia meningkat rata-rata 0,2 persen pada kuartal empat 2011. Kota Nairobi, Miami, dan Jakarta berhasil tumbuh tertinggi selama tahun lalu.

Di tengah kenaikan minim harga properti mewah di dunia, hanya terdapat tujuh pasar yang mengalami lonjakan signifikan. Ketujuh kota itu adalah Jakarta (14,3 persen), Beijing (8,1 persen), dan Hong Kong (4,6 persen). Diantara negara ini, Indonesia, khususnya Jakarta, tumbuh paling tinggi.

Tak hanya properti di kawasan pusat kota, kenaikan harga juga terjadi di wilayah-wilayah pinggiran Jakarta. Senior Manager Research Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, dalam sebuah kesempatan mengungkapkan, kenaikan harga rata-rata perumahan dengan lokasi di pinggiran Jakarta diperkirakan mencapai 10 sampai 20 persen.

Sampai Kapan?

Menanggapi booming bisnis sewa perkantoran itu, Direktur Eksekutif Indonesia Properti Watch, Ali Tranghanda menilai fenomena tersebut merupakan imbas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin tinggi.

Ali menilai, terdapat dua faktor besar yang mendorong kenaikan harga sewa perkantoran di Jakarta. Pertama, pasokan perkantoran sewa dalam beberapa tahun terakhir lebih terbatas dibandingkan kebutuhan pemakai.

"Belakangan ini tak terlalu banyak pasokan, kebanyakan sekarang ini lebih ke perkantoran strata (milik)," kata Ali.

Beralihnya pengembang ke jalur bisnis perkantoran strata bisa dimengerti. Dengan hanya sekali bayar dan tak ada biaya perawatan, pengembang bisa langsung menikmati untung dari penjualan propertinya.

Faktor pendorong kedua adalah mulai masuknya investor asing ke tanah air yang secara otomatis membutuhkan ruang perkantoran. Pangsa pasar perkantoran sewa memang diketahui menyasar perusahaan asing. Hal itu tak terlepas dari kebijakan pemerintah yang melarang asing memiliki properti di tanah air.

Ali memperkirakan, sektor properti baik untuk perkantoran maupun perumahan akan terus tumbuh paling tidak hingga akhir 2013 mendatang. Pertumbuhan ini tak terlepas dari terjaganya tingkat suku bunga serta prediksi ekonomi nasional yang masih akan tumbuh tinggi.

"Mungkin pada akhir 2013 akan mulai mengalami perlambatan," ujar Ali.

© VIVA.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...